Burung Cenderawasih

Tulisan asli dari sebuah blog tentang burung cenderawasih dengan judul"Cenderawasih Ratu2 Surga yang Kian Merana" dari blog (http://mepow.wordpress.com/2009/06/10/ cenderawasih-ratu2-surga-yang-kian-merana). Membaca tulisan ini cukup membuat pikiran dan perasaan menjadi prihatin sebagai seorang putra yang berasal dari Papua. Namun melihat kondisi situasi sekarang ini saya hanya bisa berharap dan menghimbau kepada pihak2 yang berkompeten atau pemerintah dan masyarakat yang memiliki akses atau berada dekat dengan lokasi tempat hidup burung2 Cenderawasih agar dapat melakukan upaya2 untuk melestarikan dan menjaga kepunahan burung Cenderawasih sebagai karunia dan titipan dari Tuhan bagi kita agar tidak punah dan hanya tinggal cerita bagi generasi dimasa yang akan datang.















Berikut ini adalah kutipan dari tulisan yang saya baca "Populasi burung cenderawasih di tanah Papua terancam punah. Para pekerja proyek jalan dan pengusaha hutan di daerah itu sering memburu burung-burung bernilai jutaan rupiah ini, untuk dijual. Masih ada 11 jenis cenderawasih berkeliaran di 13 kabupaten di Papua, namun belum terdata. Suatu saat populasi cenderawasih di Papua bakal punah. Pasalnya, tidak ada pemeliharaan dan perawatan yang tepat, sementara hutan di Papua dari tahun ke tahun terus dibabat. Selain itu penjualan satwa semakin marak saja.


Misalnya para pekerja proyek jalan dan buruh pengusaha hutan, entah karena gaji kecil atau karena apa, sering tidur di hutan untuk menangkap burung – burung itu. Harganya burung cenderawasih yang sudah mati sampai jutaan rupiah di luar negeri, apalagi masih hidup.





Jenis-jenis cenderawasih yang berkeliaran di hutan belantara Papua ada 11, yakni Ptilorii Magnificus di Merauke, Cicinurus Regius di Biak, Cicinnurus Magnificus jarang ditemukan kecuali harus menunggu berhari-hari di hutan, Cicinnurus Respublica juga jarang ditemukan, Paradisae Minor terbanyak di Nabire dan Manokwari, Paradisae Rubrae di Jayapura, Paradisae Apoda di Manokwari. Jenis terakhir ini lebih besar dan bulu-bulu sayap yang indah dipakai oleh perempuan Papua untuk menghias kepala pada pesta adat. Kemudian Paradisae Reggiana di Timika, Lophorina Superba di Manokwari, Seleucidis Melanoleuca di Jayapura dan Sorong dan Pteridophora Alberti di Timika.


Pendataan dan pengawasan burung cenderawasih membutuhkan banyak petugas, banyak dana dan fasilitas pendukung dibutuhkan, dan harus dilakukan serentak, pada waktu yang sama di seluruh daerah. hal ini yang menyebabkan proses pelestarian dan proteksi cenderawasih sangat kurang. Pendataan satwa langka seperti cenderawasih berada di bawah scientific authority, pusat penelitan dan pengembangan biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan lembaga-lembaga pemerintah seperti BKSDA dan Taman Nasional.











Memang terasa sangat berat dan sulit untuk menjaganya tetap lestari tapi apakah pemerintah dan kita akan diam saja??? Mungkin anak cucu kita hanya akan mendengar cerita kita dan melihat foto burung surga ini saja"






Saya juga berharap agar warga Papua maupun non Papua dan semua pihak dapat menjaga kelestarian burung Cenderawasih dengan baik dan berkelanjutan dari waktu kewaktu sehingga semakin lama upaya pelestarian menjadi lebih baik bukan saja pada burung Cenderawasih tapi juga satwa lainnya...

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons